Januari 05, 2009

Pengemis, Rokok dan Strategi Pemasaran

Pengemis bertebaran di seluruh penjuru Jakarta.....hampir setiap lampu merah, depan masjid ataupun jembatan penyeberangan selalu ada pengemisnya. Dan rupanya para pengemis itu mempunyai daerah "kekuasaan" sendiri-sendiri.

Kalau aku perhatikan masing-masing mengemis mempunyai strategi pemasaran (istilah kerennya sih) sendiri-sendiri.....ada yang pura-pura sakit, ada yang pasang tampang memelas, ada yang bawa anaknya yang masih kecil (entah anaknya sendiri atau nyewa anak) dan berbagai macam strategi lain untuk mengeruk sebanyak mungkin pemberian uang dari orang yang lewat.

Berhubung hampir tiap hari aku lewat jembatan penyeberangan Bendungan Hilir (depan kampus Atmajaya) aku sering mengamati pengemis yang ada di jembatan penyeberangan Benhil ini. Dimulai dari ujung jembatan dari arah Atmajaya....ada pengemis ibu-ibu muda dengan 2 anaknya yang penampilan dan mukanya dekil banget.....belok ke arah atas ada ibu-ibu muda dengan anaknya yang masih kecil yang sering dia ciumin (kadang ada kadang nggak)....di tengah jembatan depan jalan yang menuju halte Trans Jakarta ada nenek-nenek....lanjut di belokan jembatan arah BRI II ada nenek-nenek dengan bajunya yang selalu sama, bersih dan tampangnya yang mengundang simpati orang lain...nenek ini selalu duduk jongkok dengan mata terpejam dan tangan menadah (belakangan ini aku gak pernah lihat dia lagi....kemana ya????).....masih di arah yang sama di turunan jembatan ada pengemis buta, laki-laki, badan gede, dengan rokok selalu mengepul dan bawa rantang plastik plus tongkat untuk orang buta (kalau ada orang lewat dia selalu mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke lantai jembatan).......ke bawah lagi ada pengemis buta, laki-laki, badan kecil, duduknya seringnya jongkok.....lebih ke bawah lagi perempuan tua, tampang cemberut, tangan selalu menadah......dan beberapa pengemis lagi yang kadang ada kadang nggak.....

Dari sekian banyak pengemis yang ada di jembatan penyeberangan Benhil itu, kalau aku perhatikan yang paling mengundang simpati orang untuk memberi uang adalah nenek-nenek dengan baju yang selalu sama tiap hari, bersih dengan wajah memelas. Di tangannya selalu ada tumpukan uang ribuan, minimal koin lima ratusan. Nenek ini hanya ada di jembatan Benhil saat sore hari menjelang orang pulang kantor dan saat orang pulang kantor.

Kalau aku bandingkan dengan pengemis laki-laki buta yang berbadan gede dan rokok yang selalu ngepul di bibirnya....hmmmm sepertinya penghasilan nenek-nenek itu lebih tinggi. Kenapa bisa begitu???? kalau menurut analisaku sendiri sih.....orang males ngasih duit ke pengemis yang biarpun buta tapi selalu merokok dan kelihatan jengkel kalau ada orang yang lewat di depannya tapi gak masukin uang ke rantang dia. Rokok itu harganya berapa coba....lebih mahal daripada makanan sederhana.....kalau dia merokok berarti asumsinya dia makmur dong...mana badannya gede gitu. Menurutku nenek-nenek berbaju sama itu menerapkan strategi pemasaran yang tepat....jongkok, penampilan bersih tapi wajah memelas.....cring...cring...rupiah pun mengalir dengan deras...

Beda lagi dengan pengemis laki-laki buta berbadan kecil hitam....dia lebih pasif daripada pengemis buta yang berbadan gede itu....tapi salahnya dia....PUNYA HANDPHONE....aku pernah liat sendiri dia sedang terima telpon di HP-nya itu....fiuhhhhhhh........

0 comments:

Posting Komentar