Oktober 30, 2013

Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu...

Ibuku sangat suka dengan lagu-lagu qosidah. Lirik-lirik lagu qosidah itu biasanya berkisah tentang ajaran-ajaran yang baik. Aku dulu sih kurang begitu suka dengar melodi lagu qosidah karena menurutku agak berbau dangdut padahal sebenarnya beda sih, jaman kecil aku paling alergi ama lagu dangdut hehehehe. Tapi mungkin karena sering mendengar jadinya beberapa lirik lagu qosidah masih aku ingat sampai sekarang.

Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu...
Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu...
Belajar sesudah dewasa, laksana mengukir di atas air...
Belajar sesudah dewasa, laksana mengukir di atas air...

Jangan sedih yatim piatu, tiada punya ayah dan ibu...
Jangan sedih yatim piatu, tiada punya ayah dan ibu...
Tapi sedihlah tak punya ilmu, jalan yang mana yang mana hendak dituju...
Tapi sedihlah tak punya ilmu, jalan yang mana yang mana hendak dituju...

Nah syair lagu di atas sangat membekas di ingatanku, karena Ibuku dulu sering banget muter kasetnya :). Apa sih maksud dari lagu diatas?

Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu.
Otak anak kecil itu sangat cepat untuk menangkap sesuatu, meniru dan mempelajari, anak kecil juga punya ingatan yang masih sangat baik. Oleh karena itu apabila sesuatu dipelajari sejak kita kecil maka akan selalu membekas di ingatan kita...yang diibaratkan dengan mengukir di atas batu. Ukiran di batu kan memang awet, begitu juga dengan ingatan yang terbentuk sejak masa kecil. Oleh karena itu ajarilah anak-anak kita dengan segala sesuatu yang baik supaya mereka juga bisa tetap mengingat ajaran yang baik itu dan arahkan untuk berperilaku yang baik pula. Insya Allah kebaikan yang ditanamkan sejak dini akan berpengaruh ke perilaku anak-anak itu kelak jika mereka dewasa.

Belajar sesudah dewasa, laksana mengukir di atas air.
Mempelajari sesuatu saat kita sudah dewasa tidak semudah pada saat kita kecil dulu, karena otak orang dewasa itu sudah terisi dengan berbagai masalah dan persoalan. Jadi akan lebih susah untuk konsentrasi dan mengingat sesuatu dibandingkan anak kecil. Tapi bukan berarti belajar sesudah dewasa akan sia-sia, tetap manusia harus terus belajar dan belajar sampai mati. 

Jangan sedih yatim piatu, tiada punya ayah dan ibu.
Banyak anak-anak yang tidak punya orang tua lagi dan wajar apabila mereka sedih saat melihat anak-anak lain yang terlihat bahagia dengan ayah dan ibunya. Namun ketiadaan orang tua bukanlah halangan untuk mendapatkan kebahagiaan. Disini juga merupakan ladang amal yang luas untuk orang-orang yang mau beramal kepada anak yatim piatu. Jadi anak-anak yatim piatu itu akan tetap bisa menggapai cita-citanya dengan bantuan dari orang-orang yang mau beramal buat mereka (anak-anak yatim piatu tersebut).

Tapi sedihlah tak punya ilmu, jalan yang mana yang mana hendak dituju.
Selagi kita masih bisa bernafas kita harus terus berusaha menuntut ilmu, ilmu apa saja yang baik buat kehidupan kita, ilmu yang tentu saja tidak bertentangan dengan ajaran agama. Tanpa ilmu, manusia akan tertatih meniti kehidupannya. Pedagang makanan itu punya ilmu memasak dan memasarkan dagangannya dan tentu saja dia melalui proses belajar memasak dan proses berdagang. Ustadz itu punya ilmu agama yang bisa diajarkannya ke orang lain, tapi tentu saja Ustadz tersebut masih harus terus belajar dan belajar. Profesi apapun tetap harus belajar, karena untuk bisa maju...manusia itu harus terus belajar.

Wih pagi-pagi udah mengupas lagu qosidah hehehe... Tulisan diatas sih menurut aku pribadi lho. Kan beda orang kadang beda mengartikannya.

3 komentar:

  1. sangat membantu wawasan dalam menyusun karya tulis. terimakasih. semoga berkenan.

    BalasHapus
  2. juga mengingatkaknu waktu kecil ibuku (almH) juga suka dengarkan dari radio RGS Ponorogo

    BalasHapus