Juni 10, 2013

Dongeng sebelum tidur...

Saat aku kecil dulu...usia TK dan SD...aku terbiasa mendengarkan dongeng sebelum tidur. Mbah Uti (dari pihak Ibu dan Bapak) sering mendongengiku dengan cerita-cerita rakyat seperti Timun Emas, Kancil mencuri ketimun, Bawang Merah & Bawang Putih dll. Sementara kalau Bapak bukan mendongeng tapi menceritakan tentang kisah Nabi-Nabi...dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad plus cerita tentang kisah para sahabat Nabi Muhammad.

Efeknya...aku sangat suka membaca. Bahkan sampai sobekan kertas koran yang dipakai sebagai bungkus belanjaan Ibu pun aku baca. Dan saat kecil dulu aku hafal luar kepala semua cerita tentang para Nabi dan sahabatnya...alhasil kalau ujian Agama Islam aku yang malas belajar ini (pengakuan) tidak kesulitan mengisi jawaban ujian yang berkaitan dengan sejarah Islam. 

Saat kecil dulu aku langganan majalah Bobo dan Ananda, nah di majalah Ananda ini suka ada bonus cerita rakyat. Pernah dapat bonus kisah pewayangan...tentu saja lengkap dengan gambar-gambarnya dan efeknya saat ujian Bahasa Jawa aku bisa menjawab soal tentang nama-nama tokoh wayang bahkan nama lainnya Arjuna aku tau, nama lain Yudhistira aku tahu dan semua kisahnya. Hanya saja nilai Bahasa Jawa-ku tetap jelek gara-gara susah nulis huruf Hanacaraka hehehehe...

Selain suka membaca aku juga suka menulis...menulis prosa, menulis puisi, menulis pantun. Bahkan pernah terpilih mewakili sekolah untuk lomba Porseni dan menang lomba mengarang se-Kabupaten. Nomor 1 pula hehehehe. Di sekolah pernah menang lomba bercerita :D
Kalau jaman SMP menang lomba membuat prakarya dan akhirnya aku disuruh mengajar ibu-ibu PKK di kediaman Ibu Guruku hahahaha...gak ada hubungannya ama soal dongeng mendongeng ya :D. Nah saat SMP pula ada lomba mengarang, tapi saat itu aku lagi males ikutan lomba padahal temen-temenku udah nyuruh ikutan. Tapi ya gimana ya namanya lagi males ya males aja :D

Saat SMA ada pelajaran Theater lho. Kami diajarin gimana caranya ber-acting, caranya membuat naskah drama dll. Setiap ulang tahun sekolah selalu ada pentas theater dan moment ini selalu ditunggu-tunggu oleh seluruh penonton pentas seni karena biasanya kisahnya lucu-lucu. Tapi aku gak berbakat jadi pemain kayaknya, aku lebih berbakat jadi sutradara atau penulis naskah drama. Pernah disuruh bikin novel gambar, yaitu membuat sebuah cerita dari seseorang itu lahir, sekolah, kerja, menikah, punya anak sampai meninggal dunia tapi berdasarkan gambar yang ditempel. Tentu aja lengkap dengan lika-liku kehidupan. Gambarnya bisa dicari dari koran dan majalah bahkan dari potongan brosur. Untuk tugas yang ini aku dapat nilai 9 dari 10. Trus disuruh bikin naskah drama pendek dan dipentaskan di depan kelas dan lagi-lagi dapat nilai bagus...lumayanlah sebagai penyaluran hobi.

Karena terbiasa mendengarkan dongeng dan cerita sebelum tidur aku punya imajinasi yang sangat berlebih untuk anak seusiaku pada masa itu. Bahkan aku sering berubah cita-cita. Pernah suatu waktu pengen jadi wartawan, trus berubah lagi pengen jadi penulis cerita, berubah lagi pengen jadi ahli bahasa, waktu SD kelas 2 atau 3 gara-gara berlibur di rumah Embah Kakung yang punya tetangga juragan genteng...eh aku bercita-cita pengen jadi juragan genteng hahahaha....

Di waktu yang lain gara-gara cerita yang terpatri demikian kuat dibenakku ditambah dengan sifatku yang usil (semasa kecil lho), aku pernah membuat adikku menangis. Dekat rumahku ada sungai yang berarus deras dan airnya jernih...trus tiba-tiba aku bercerita aja gitu ke adikku yang saat itu masih TK.

Aku bilang,"Dulu saat aku lagi main di pinggir sungai ini tiba-tiba aku lihat ada keranjang terapung-apung." Adikku mendengarkan dengan penuh perhatian. 
Trus aku memanggil Bapak,"Pak, ada keranjang rotan hanyut di sungai." Nah sama Bapak keranjang itu terus diambil." (adikku masih memperhatikan ceritaku dengan serius dan penuh perhatian)
"Tau gak isinya apa?" tanyaku ke adikku
"Apa isinya, Mbak?" tanya adikku balik
"Isinya bayi." jawabku dengan muka serius
Adikku melongo dengan mata yang membesar.
"Trus bayinya sekarang dimana?" tanya adikku
"Kamu itu bayinya." jawabku tanpa rasa bersalah trus ngeloyor pergi.
Eh adikku langsung mewek trus tanya ke Bapak,"Pak, aku bukan anak Bapak ya?"
Bapakku yang gantian bengong, dipeluk dan dielusnya kepala adikku yang saat itu menangis terisak-isak. "Siapa yang bilang begitu Nduk?" Dan berceritalah adikku tentang kisah yang aku ceritakan sebelumnya. Bapak hanya geleng-geleng kepala dan menghela nafas sambil terus menenangkan adikku.
Trus abis itu gantian aku yang dinasehati gak boleh usil sama adikku...hehehe... (kalau inget masa kecil ternyata aku bandel dan usil banget ya...). Nah waktu itu aku terinspirasi kisah Nabi Musa yang dihanyutkan di Sungai Nil jadi tiba-tiba aja tercetus cerita itu ke adikku.

Tapi dilain waktu aku pernah membuatkan buku cerita untuk adikku. Aku cari gambar-gambar yang lucu dari majalah anak-anak trus gambar-gambar itu aku tempel ke buku tulis. Setelah itu aku bercerita kepada adikku dengan kisah yang aku karang sendiri berdasarkan runtutan gambar yang aku susun itu. Dan adikku seneng banget denger cerita karanganku itu :)

Intinya aku bersyukur banget saat kecil dulu Mbah Kakung, Mbah Uti, Bapak dan Ibuku punya waktu untuk meninabobokkan aku dengan kisah-kisah yang inspiratif. Jadi kadang cara menasehati aku yang super bandel saat itu melalui cerita-cerita itu, karena kalau langsung biasanya gak mempan ckckck...

Kalau soal kesukaanku membaca koran dan majalah serius seperti Jawa Pos, Kompas dan Tempo dulu juga berawal dari kebiasaan Bapak. Beliau sering membeli koran dan majalah trus aku disuruh baca beritanya abis itu aku disuruh menceritakan isi berita tersebut kepada Bapak. Dari SD aku terbiasa berdiskusi soal-soal serius dengan Bapak bahkan soal politik. Aku boleh berbeda pendapat dan menyampaikan argumentasi. Terkadang membahas soal agama juga. Banyak hal yang aku diskusikan dengan Bapak dan aku banyak menyerap ilmu dari Bapak. Bapak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanku yang gak pernah ada habisnya. Dari kecil aku selalu banyak bertanya hal-hal yang menurutku menarik untuk ditanyakan. Hmm...merindukan sosok berbincang yang begitu cerdas tapi membumi dan tetap sabar seperti Bapak :)

7 komentar:

  1. Aku isih kelingan cilikanmu biyen, waktu bapakmu ngimammi sholat jamaah neng masjid an-Nur, kowe malah mlaku-mlaku neng sela-selane shaf, ngganggu wong sholat...

    BalasHapus
    Balasan
    1. haduh konangan *tutup rai*
      Iki sopo to?

      Hapus
    2. Aku to... aku uwong sing nate ngesir adine bulikmu Masruroh, tapi ora wani ngomong. Jenenge lali, tenan.

      Hapus
    3. Ternyata secret admire-e bulikku :D
      Wah kok iso lali karo jenenge dewe...

      Hapus
    4. Ora ngono, aku lali jenenge bulikmu iku, soale wis pirang puluh tahun kepungkur. Jenenge sapa Ri..?

      Hapus
  2. Balasan
    1. Cuthel....(sinambi ngelus dhadha)

      Hapus