Agustus 21, 2013

Setia

Tingkat kesetiaan seorang wanita bisa dilihat pada saat pasangannya berada dalam keadaan susah, sedangkan tingkat kesetiaan laki-laki bisa dilihat pada saat mempunyai taraf kehidupan yang lebih bagus.

Apa maksudnya?


Selama ini banyak yang bilang kalau wanita itu adalah makhluk yang matre dalam artian hanya mau dengan laki-laki yang mempunyai harta yang banyak. Tapi anggapan itu salah. Memang benar ada banyak wanita yang matre, tapi tidak semua wanita itu matre. Bedakan antara matre dan realistis. 

Wanita yang realistis tentu memikirkan biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama terikat dalam pernikahan misal: biaya cicilan rumah, biaya kebutuhan sehari-hari, biaya melahirkan, biaya pendidikan anak, biaya listrik, biaya air dan lain sebagainya. Mencari nafkah adalah tugas utama laki-laki, hal itu sudah ditulis jelas dalam Al Qur'an, kalaupun ada wanita yang bekerja yang tentunya dengan seijin suaminya maka penghasilannya adalah hak sepenuhnya wanita tersebut, kalaupun wanita itu ingin membantu perekonomian keluarga maka pahala yang akan didapatkannya sangat besar dengan catatan wanita tersebut membantu dengan ikhlas tanpa mengeluh dan mengomel.

Pada saat laki-laki berada dalam perekonomian yang sulit, disinilah bisa dilihat tingkat kesetiaan seorang wanita. Apakah wanita itu tetap bisa bertahan disisi laki-laki tersebut atau memilih meninggalkannya. Berada disisi pasangannya untuk memberi dukungan bisa moril bisa materiil sampai pasangannya itu bisa bangkit kembali tingkat perekonomiannya. Jangan menyepelekan dukungan secara moral kepada seorang laki-laki. Tanpa pendamping wanita yang kuat, laki-laki yang sedang terpuruk akan semakin terpuruk. Wanita yang baik akan terus berada disisi pasangannya untuk terus memberikan dukungan, mendengarkan keluhan-keluhan pasangannya, bicara dari hati ke hati bahkan mungkin terkadang menerima makian dari laki-laki yang sedang berada dalam kondisi stress karena ekonominya terpuruk. Menerima cacian yang si wanita sendiri tidak tahu apa salah dia sehingga harus dicaci. Nah dalam kondisi ini dituntut wanita memiliki mental yang sangat kuat, bisakah dia tetap setia mendampingi laki-laki seperti itu?

Untuk laki-laki, pekerjaan dan karier yang mapan adalah segalanya. Laki-laki cenderung akan membandingkan karier dan penghasilannya dengan teman-temannya. Laki-laki bisa merasa sangat down saat melihat taraf kehidupan teman-temannya jauh lebih baik sementara dia berada dalam kondisi perekonomian yang sangat sulit. Dalam situasi seperti ini laki-laki membutuhkan wanita yang kuat untuk mendampinginya. Laki-laki akan menuntut si wanita pendampingnya tetap setia mendampinginya di saat dia susah. Sementara terkadang kondisi psikis yang tertekan karena merasa ekonominya morat-marit membuat laki-laki menjadi lebih emosional dan temperamental. Dia akan lebih banyak mengeluh, menggerutu dan bahkan mungkin memaki.

Saat laki-laki berada dalam kondisi perekonomian yang jauh lebih baik akan kelihatan kualitas si laki-laki ini, apakah dia akan tetap setia kepada wanita yang selalu mendampinginya di saat dia susah atau dia mulai terpukau dengan wanita lain. Laki-laki yang kuat secara ekonomi akan merasa bisa mendapatkan segalanya. Disinilah kadar kesetiaannya akan diuji, apakah dia masih bisa setia terhadap pasangan lamanya atau tidak?

Banyak wanita yang tidak bisa setia mendampingi pasangannya di saat pasangannya susah dan banyak pula laki-laki yang tidak bisa setia pada pasangannya pada saat taraf kehidupannya sudah meningkat. Hal ini tentu saja tergantung kekuatan mental seseorang mengendalikan dirinya, tergantung attitude masing-masing. Tetapi ada kasus yang lebih parah, tidak peduli kondisi perekonomiannya baik atau buruk tetap saja orang itu gak bisa setia dengan pasangannya. Kalau menurutku sih...orang itu memang kelainan jiwa.

Tentu sangat menyenangkan memiliki pasangan yang selalu setia.
Pasangan yang bisa menghargai dukungan yang sudah kita berikan selama ini.
Pasangan yang bersyukur mempunyai kita sebagai pendampingnya.
Pasangan yang mau menerima segala kekurangan dan kelebihan kita.

Jadi...sudahkah Anda menjadi orang yang setia terhadap pasangan Anda?

2 komentar:

  1. Tulisan ini hasil dari pengamatan / perenungan sendiri atau copas mbak ? Salut bila hasil dari perenungan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengamatan dan perenungan sendiri. Saya terlahir dari keluarga yang sangat menjunjung tinggi nilai kesetiaan terhadap pasangan, tetapi saya juga mengamati kehidupan orang lain di sekitar saya. Terkadang ada teman dan saudara yang curhat karena dikhianati pasangannya, membaca koran, majalah yang berisi tentang kesetiaan. Dan ternyata rata-rata seperti itu...

      Kenapa mesti tidak setia kalau pasangan sudah begitu baik. Bodoh sekali orang yang mensia-siakan pasangan yang mendampinginya sejak masa susah.

      Hapus