April 14, 2011

Ulat bulu mewabah...kutukan Tuhan???

Sekarang hampir di semua media heboh memberitakan soal wabah ulat bulu...awalnya di Jatim trus merembet ke Jateng, Jabar, Jakarta, Bali, Lombok dll. Semua orang jadi paranoid dengan ulat bulu, segala macam cara dilakukan buat memusnahkan ulat bulu. Segala macam asumsi dikeluarkan oleh berbagai ahli.

Kemarin ada temanku yang menulis di status di FB kalau wabah ulat bulu itu adalah kutukan dari Tuhan karena manusia tidak menyembah-Nya. Semudah itukah Tuhan mengutuk umat-Nya? hanya karena sebagian umat tidak menyembah-Nya trus mengutuk seluruh umat di satu tempat?
Trus di status selanjutnya (orang yang sama) dia menulis,"
Tuhan, kalau Engkau memang ada, tolong musnahkan ulat bulu dari negeri kami yang sudah karut marut ini."

Hanya karena ulat bulu dia menyangsikan keberadaan Tuhan. Tapi gak tau juga sih apa maksud sebenarnya dari penulisan status itu...apakah sekedar memancing orang untuk berkomentar atau memang itu pendapat dia dari lubuk hati yang terdalam.

Kalau menurut pendapatku pribadi sih wabah ulat bulu itu terjadi karena:
  1. Memang sudah musimnya, dari jaman aku kecil setiap musim pancaroba seperti sekarang ini pepohonan disekitar rumahku penuh dengan ulat bulu. Tapi di pepohonan sekitar rumahku juga banyak semut rangrang dan burung-burung kecil.
  2. Predator ulat bulu yang jumlahnya semakin jauh berkurang karena diburu manusia. Predator ulat bulu adalah semut rangrang dan burung-burung kecil. Telur semut banyak diburu untuk makanan burung dan burungnya sendiri pun juga banyak diburu untuk dijual sebagai makanan manusia atau dijual sebagai hewan peliharaan
  3. Media terlalu heboh memberitakannya...sederetan ulat di pohon disorot close up dan ditampilkan berulang-ulang dengan narasi yang mengundang kengerian. Soalnya jaman aku kecil media belum belum begitu banyak jadi ya ulat bulu itu hal yang biasa. Walaupun aku sendiri alergi dengan bulu ulat dan pernah sampai terkapar 3 hari gara2 bulu ulat terhirup dan bikin organ-organ dalamku ikutan bengkak...rasanya wuiiiiiiihhhhhhhh.....gatal dan sesak nafas. Tapi aku gak paranoid sama ulat bulu tuh.
Nah sekarang kalau manusia minta kepada Tuhan, ulat bulu dimusnahkan....dan Tuhan benar-benar mengabulkan doa manusia. Apa yang akan terjadi??? Ulat bulu tidak ada lagi di muka bumi ini...otomatis tidak akan ada kupu-kupu yang merupakan metamorfosis dari ulat bulu. Dan sejauh ingatanku kupu-kupu adalah serangga yang membantu penyerbukan sebagian besar tanaman yang ada di muka bumi ini. Trus kalau kupu-kupu gak ada otomatis sebagian jenis tanaman lambat laun akan menghilang. Padahal fungsi tanaman salah satunya sebagai penghasil oksigen (mengolah karbondioksida menjadi oksigen), sebagai bahan makanan hewan dan manusia. Nah semakin ruwet kan jadinya. Karena rantai makanan itu sambung menyambung...satu rantai terputus maka akan merusak seluruh tatanan yang ada.

Yah kasusnya sama seperti manusia yang banyak memburu ular sawah, padahal ular sawah adalah pemangsa tikus sawah. Dan karena ular sawah sudah semakin sedikit jumlahnya
(karena diburu manusia) akhirnya tikus sawah merajalela...menjadi hama yang merusak tanaman padi....dan ujung-ujungnya manusia sendiri yang merugi. Jadi kesimpulannnya...jagalah keseimbangan alam yang ada di sekitar kita. Jangan merusaknya...karena pada akhirnya akan merugikan kita sendiri. Jangan kalau ada apa-apa sedikit-sedikit "menyalahkan Tuhan" dengan bilang kalau Tuhan mengutuk manusia dan sebagainya. Introspeksi diri aja...apakah kita selama ini sudah menjaga alam di sekitar kita, tidak merusak alam di sekitar kita?

2 komentar:

  1. :| mungkin jg si kutukan tuhan scara tidak langsung. lha wong tempat habitatnya sudah ilang, pemangsa alami jg sudah ilang. smua yo gara2 ulah manusia to? :D
    "ada sebab ada akibat"

    Salam dari jogja

    BalasHapus
  2. Berarti itu bukan kutukan Tuhan dong. Tuhan sudah menciptakan alam dengan segala keseimbangannya dan manusia sendiri yang merusaknya. Memang benar hukum kausalitas berlaku disini...manusia membuat pemangsa alami ulat bulu (semut rang2 & burung2 kecil) semakin menghilang dan pada akhirnya manusia sendiri yang menuai akibatnya.

    Btw temanku yg menulis status itu juga berdomisili di Jogja :D

    BalasHapus