Mei 11, 2011

Orang Tua dan Panti Jompo

Tadi malam saat aku nonton serial Islam KTP di SCTV ada adegan seorang anak perempuan yang marah kepada Bapaknya dan menuduh si Bapak mencuri jam tangan suaminya saat si Bapak berkunjung ke rumah anaknya itu tanpa tabayun (cek & ricek) dulu. Sampai akhirnya si Bapak marah dan mengeluarkan pernyataan yang intinya si anak diharamkan melihat jenazah bapaknya saat si bapak nanti meninggal. Trus ada salah satu pernyataan yang dikeluarkan oleh Bang Ali (sebagai tokoh bijak di serial itu) ," Rumah Bapak = rumah anak, rumah anak tidak selalu menjadi rumah bapak. Pada saat orangtua berada di rumah anaknya seringkali hanya dijadikan "pembantu" untuk menjaga cucu dan bersih2 rumah."

Suatu pernyataan yang membuatku bertekad tidak akan melakukan hal itu kepada Ibuku (karena Bapak sudah meninggal). Ibu terlalu mulia hanya untuk dijadikan penjaga cucunya di saat beliau sudah saatnya menikmati masa-masa tuanya dengan beristirahat dan tidak boleh terlalu capek. Sementara mengurus anak kecil itu sangat menyita waktu dan tenaga. Boleh saja Ibu kita mintai tolong untuk mengawasi anak-anak kita sementara kita bekerja...tapi hendaknya kita juga memperkerjakan orang lain untuk handle anak-anak kita, jadi bukan Ibu kita yang harus bersusah payah ngejagain anak-anak kita yang masih sangat aktif.

Mungkin ada yang beralasan,"toh nenek/kakeknya juga senang kok bermain dengan cucunya, jadi gak apa-apa dong titip ke mereka." Hal itu bukan masalah saat nenek/kakeknya masih tergolong muda dan bugar, tapi sebugar-bugarnya manula tentu beda dengan yang masih muda. Padahal menjaga anak kecil itu sangat melelahkan. Jadi tidak ada salahnya kalau kita merasa kerepotan menjaga anak-anak, kita membayar orang lain secara profesional untuk membantu menjaga anak kita disaat kita pergi kerja. Lebih bagus lagi kalau kita bisa bekerja di rumah jadi sekalian bisa mengawasi anak-anak kita tumbuh dan berkembang, dan anak-anak tidak akan menjadi lebih dekat ke pembantu/baby sitter dibanding terhadap orangtuanya.

Trus pada saat orang tua kita sudah menjadi renta, sementara kita juga sibuk bekerja...ada beberapa diantara kita yang berpikir untuk menitipkan orang tua ke Panti Jompo dengan alasan kita tidak mau repot dan di Panti Jompo selalu ada orang yang merawat orang tua kita yang renta itu. Duh...aku sangat menentang hal ini dengan alasan apapun.

Dulu....Ibu mengandung, melahirkan, merawat dan mengasuh kita sampai kita besar....terkadang juga ada Ibu yang membantu mencari nafkah untuk kita dan Ayah pun bekerja keras memenuhi kebutuhan keluarga. Mereka tetap mengasuh dan merawat kita walaupun dengan segala kebandelan dan rengekan kita yang tidak ada habisnya. Lalu...kenapa saat orang tua menjadi renta kita tega menitipkan mereka ke Panti Jompo???
Saat usia menua...manusia akan kembali bersikap seperti anak kecil....mereka butuh diperhatikan, disayang, didengarkan curhatannya, ada yang memeluk dan menciumnya dengan penuh kasih sayang. Dan kebahagiaan mereka akan terpenuhi saat hal itu dilakukan oleh anak cucunya sendiri.

Aku tidak bilang kalau di Panti Jompo para manula itu kurang perhatian...tentu ada perhatian dari para pengurus Panti Jompo. Tapi tentu saja nilainya sangat berbeda dibanding perhatian dan kasih sayang dari anak dan cucunya. Saat si anak merawat sendiri orang tuanya yang sakit aja belum mampu membayar semua jasa orang tua terhadap anak....apalagi dengan menitipkan orang tua di Panti Jompo....duh....
Mungkin memang benar ya....kasih orang tua sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah...

Trus ada lagi yang bilang....kalau para manula itu bahagia berada di Panti Jompo karena banyak teman-temannya. Hmm....tau darimana mereka bahagia? karena saat ditanya anaknya mereka bilang bahagia berada disana? Apakah anak-anaknya itu bisa menerka apa yang ada di benak para orangtuanya itu....terutama saat mereka sendirian? Apakah para manula itu benar-benar bahagia dititipkan di Panti Jompo? I don't think so....dalam kondisi normal pasti akan memilih tinggal dengan anak dan cucunya, kecuali kalau anak dan cucunya adalah pembawa masalah buat mereka...

Jadi....rawatlah orang tua kita seperti mereka merawat kita sejak masih kecil...
Jangan abai terhadap orang tua kita selagi mereka masih hidup...
Bahkan saat orang tua sudah meninggal pun anak-anaknya masih punya kewajiban untuk mendoakan orang tuanya....

Ridho Allah SWT tergantung ridho orang tua...
Allah SWT akan murka apabila orang tua murka...
Ya Rabb....semoga aku bukan termasuk orang-orang yang melupakan jasa orang tua...Amin...Amin...Amin...Yaa Robbal Alamin....

6 komentar:

  1. pemikiran yg sama
    :)
    semoga ogut tak diberi 'cobaan berat'
    ;)

    tp kadang memang RIBED totaL.
    untuk kasus JOMPO


    ortu ngurus anak pol-poL-an karena konsennya cuman "satu".
    yaitu anak.

    tp klo ngurus ortu..sementara anak juga reweL.
    blm puLa suami/istri minta 'jatah' perhatian.
    gmn ga ribed noh.
    apalgi mertua nimbrung.

    beeuuhh...

    mgkn itulah "beda" ny...
    mengapa kasih antara
    ortu_anak
    dibanding
    anak_ortu

    berbeda

    :D

    BalasHapus
  2. Ya kalau merasa gak sanggup ngurus sendiri istri/suami harus dilibatin dong...jangan hanya mau kawin ama anaknya tapi gak mau ngurus mertua. Mertua kan sama kayak orang tua sendiri.

    Atau bisa menyewa jasa profesional (pembantu khusus/perawat khusus untuk ortu) tapi tetap dirawat di rumah gak di Panti Jompo so kita bisa tetap ikut mengawasi. Para manula itu sensitif perasaannya, jadi kita harus lembut menghadapinya. doa orang tua adalah doa yang ampuh. Jangan sampai hidup jadi gak berkah gara2 orang tua merasa kecewa sama kita :)

    BalasHapus
  3. Aku rasa biarpun anak udah menikah bukan alasan untuk tidak mengurangi perhatian kepada kedua orang tuanya. Istri/suami harus ikut memperhatikan mertuanya dong, jangan hanya mau nikah ama anaknya tapi gak mau memperhatikan dan merawat mertua. Karena mertua itu kedudukannya sama dengan orang tua kandung.

    Anak-anak juga harus diajari sejak dini bagaimana menghormati kakek dan neneknya.
    Ridho Allah SWT tergantung ridho orang tua dan apabila orang tua murka maka Allah SWT akan murka juga. Jadi jangan sampai hidup tidak berkah karena mengabaikan orang tua :)

    BalasHapus
  4. yupZ
    semoga saja fakta ny tetap demikian
    ;)
    amin
    amin
    amin



    -----------

    tp "wajar" sih jika manusia teralihkan dgn kegiatan 'baru'
    ;))

    sama seperti pertemanan.
    ada yg bisa ttp kompak ama geng TK hingga manuLa

    ada yg juga tiap 'level' berganti...
    temen SD bertahan hingga sma
    temen kulih bertahan hingga awal hunting kerja

    karena dalam tahap kehidupan selanjutnya sudah beda "kepentingan"

    BalasHapus
  5. dilema,adik saya menikah,lha dia ikut orangtua suamunya,karena suami ini bertugas menjaga ibunya,padahal si ibu ini jahat sekali,bahkan adik saya sampai pernah diusir,sekarang adik saya setelah nikah 2 tahun mau minta cerai,yang jadi dilema kalau kayak gini,,harus milih istripaa orangtua??

    BalasHapus
  6. Kenapa mesti suami adik Anda yang menjaga Ibunya? Apakah dia tidak mempunyai saudara lain?

    Ibu tetap harus diperlakukan dengan lemah lembut...mungkin memang makan hati apalagi apabila itu "hanya" mertua. Tapi dalam Islam mertua = orang tua kita, jadi harus memperlakukan mertua sama dengan memperlakukan dan menghormati orang tua sendiri.

    Memang menjadi dilema apabila si Ibu mertua mempunyai watak yang sulit. Apabila si Ibu sudah renta ya mau tidak mau anak dan menantu harus bisa memahami dan sang suami harus lebih bijak menyikapi. Jangan asal menyalahkan istri bila dapat laporan dari sang Ibu...tapi juga tetap tidak boleh kasar dengan Ibu. Sebagai menantu juga harus pandai-pandai membawa diri.

    Minta cerai karena perlakuan ibu mertua? banyak kasus seperti ini. Itu kembali kepada kekuatan hati masing-masing yang menjalani. Karena kita juga tidak tau mana yang benar mana yang salah..hanya tau dari satu sisi kalau ibu mertua itu jahat terhadap menantu (dalam hal ini adik Anda).

    Mungkin bisa ditanyakan kepada orang yang lebih kompeten di bidang agama seperti Kyai atau Ustadz/Ustandzah :)

    Ap

    BalasHapus