Juli 29, 2010

Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu...

Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu...belajar sesudah dewasa...bagaikan mengukir di atas air...hmm benar juga ya...
Belajar segala sesuatu yang dimulai sejak kecil memang akan lebih terlihat hasilnya, bukan berarti orang dewasa tidak bisa belajar...karena kan belajar itu harus dilakukan seumur hidup kita. Tapi otak anak kecil akan merekam segala sesuatu yang diajarkan jauh lebih cepat di dalam otaknya.

Banyak sekali orang tua yang meminta anaknya melakukan hal ini hal itu tapi mereka sendiri tidak melakukannya, misalkan: menyuruh anaknya jangan suka berbohong tapi orang tua sendiri acap kali berbohong di depan anaknya, menyuruh anaknya sholat tapi orang tuanya masih nonton acara TV dan masih banyak lagi. Padahal anak kecil itu seorang plagiator yang ulung, dia akan melakukan hal yang sama dengan yang dilihatnya setiap hari. Jadi contoh nyata jauh lebih penting dibanding omongan semata.

Jadi ingat waktu kecil dulu, saat masuk waktu sholat Bapak & Ibu akan mengajak aku dan adikku untuk sholat berjama'ah di masjid depan rumah, dan TV langsung dimatikan. Trus pernah suatu kali aku ikut Bapak belanja ke toko bahan bangunan untuk membeli beberapa keperluan renovasi masjid (saat itu aku masih SD). Selesai urusan belanja dan waktu mau bayar terjadi dialog antara Bapak dan Ju'an (pemilik toko bahan bangunan)

Ju'an : "Pak, di kwitansi mau ditulis berapa?"
Bapak : "Lho aku belanjanya habis berapa ya udah itu yang ditulis di kwitansi."
Ju'an : "Gak mau dilebihin, Pak?"
Bapak : "Nggak, aku habis berapa belanjanya?"
Ju'an : "Rp 500.000 total semuanya, biasanya orang-orang minta dilebihin Pak untuk yang ditulis di kwitansi, Pak Hud gak mau?"
Bapak : "Nggak, tulis sesuai total belanja." (keningnya mulai berkerut)
Ju'an : (Tertawa) "Jarang-jarang orang kayak Pak Hud ini hehehehe...."

Saat di atas becak menuju perjalanan pulang Bapak ngomong sama aku:
Bapak : "Nduk, kalau kamu suatu saat dikasih amanah pegang uang dan harus digunakan, entah uang sekolah atau nanti pada saat kamu sudah kerja, kalau bikin kwitansi jangan pernah minta ditulis melebihi jumlah sebenarnya. Karena itu adalah perbuatan dosa, itu sama saja dengan menggelapkan uang." (Bapak sambil ngusap kepalaku)
Aku : "Iya Pak." (sambil mengangguk-anggukkan kepalaku)

Dan hal itu masih terekam jelas di ingatanku sampai sekarang ini. Pernah suatu saat saat aku harus reimburse uang transport (karena dulu aku marketing yang harus mondar mandir keluar kantor) di laporan aku tulis rute perjalanan dari mana ke mana, naik apa (Taksi atau TransJakarta...karena kadang aku lebih memilih TransJakarta daripada naik taksi tapi macet)...salah seorang seniorku ngomong ke aku,"Tulis naik taksi semua aja Neng, ngapain ditulis naik TransJakarta...biar dapatnya lebih banyak."
"Nggak mau Pak, aku tulis sebenarnya aja." Sekelebat bayangan wajah Bapakku muncul di ingatanku.

Kembali ke masa kecilku lagi.
Ibu : "Nduk, jangan suka minta-minta makanan ke temenmu ya. Kalau bisa malah ngasih makanan ke temen-temenmu itu."
Aku : (diem aja sambil ngangguk)
Ibu : "Jangan suka ikut-ikutan ngambil buah di pohon orang lain tanpa ijin, karena itu mencuri namanya. Kalau mau buah bilang aja ke Ibu nanti Ibu belikan ke pasar."
Aku : "Iya Bu."

Dan sampai sekarang aku suka bengong dan gak habis pikir kalau ada anak-anak yang memetik mangga dari pohon tetangganya...dan bahkan dari pohon orang yang tidak dikenalnya sama sekali tanpa ijin. Karena saat pulang terkadang aku melihat anak-anak SMP dan SMA terutama yang cowok suka memetik mangga di samping rumahku tanpa ijin. Pernah suatu saat Ibuku memergoki anak yang memetik mangga tanpa ijin trus dipanggil sama beliau,"Lain kali kalau mau mangga bilang aja ke Ibu ya, nanti Ibu kasih mangga yang sudah matang, kalau yang masih di pohon itu belum matang dan gak enak." Sambil senyum malu si anak SMP itu menjawab,"Iya Bu, maaf ya saya tadi ngambil mangga tanpa ijin."

Dan dari kecil aku melihat bagaimana dermawannya Kakek dan Nenekku, Bapak dan Ibuku...mereka tidak segan-segan memberi makan kepada orang lain. Sering aku melihat Ibu yang repot menyiapkan makanan untuk orang yang kemalaman dan tidur di Masjid depan rumah, padahal orang itu tidak dikenalnya sama sekali. "Kasihan.." cuma itu kata Ibu.

Pernah saat aku masih kuliah di Jogja dan saat liburan pulang. Aku bingung melihat ada Bapak2 berperawakan kecil, mukanya ganteng dan bersih sekali (umurnya mungkin udah 50-an)...nyapu halaman depan rumahku. Trus saat aku lagi nonton TV di ruang tengah Bapak jalan bareng sama orang itu menuju ruang makan untuk makan siang bersama...orangnya sopan banget...masa jalan di depanku dia membungkukkan badannya padahal kan dia jauh lebih tua dibanding aku (kebiasaan orang Jawa kalau lewat di depan orang yang lebih tua atau orang yang dihormati)
Saat orang itu sudah pergi ke Masjid aku tanya ke Bapak
Aku : "Orang itu siapa Pak?"
Bapak : "Dia namanya Pak T (pakai inisial aja ya), dia dulu itu pengusaha Nduk. Trus bangkrut karena ditipu temen bisnisnya...ditinggal sama anak istrinya...sekarang sudah gak punya apa-apa lagi.
Aku : "Oooooo...lho kok trus sekarang dia tinggal dimana, kok tadi aku lihat nyapu halaman depan rumah?"
Bapak : "Dia minta ijin untuk sementara tinggal di Masjid (di lantai 2 Masjid ada tempat yang bisa untuk tidur karena emang gak dipakai), katanya sambil sekalian menenangkan diri dan beribadah."
Aku : (manggut-manggut dan berpikir...ternyata kehidupan seseorang itu benar2 bisa berubah dalam sekejap ya, Pak T itu yang dulunya pengusaha, hidup mapan, terpelajar...ternyata pada satu waktu mengalami kebangkrutan dan harus memulai segala sesuatunya dari nol lagi)

Masih banyak lagi ingatan-ingatan masa kecilku yang bersliweran di benakku. Ariana kecil yang nakalnya ampun-ampunan, super bandel, gak pernah nangis biarpun dah berdarah-darah, susah disuruh ngaji sampai Ibu bikin Madrasah dan memanggil 2 guru ngaji dari Pondok Pesantren...yah walaupun temen2ku yang ngaji dan aku tetap main hehehe.. (maaf ya Bu :D)
Doyan main seluncuran di kali berbatu dan berair deras dekat rumah, meluncur dengan ban dalam truk tanpa pengaman (kalau sekarang dikenal dengan istilah tubing), manjat pohon dan bertengger di atas pohon sambil makan buah-buah yang udah matang, tidur di rumah tetangga tanpa ijin dan bikin semua orang kalang kabut mencari, kalau gak punya uang buat beli jajanan...manjat pohon jambu biji di belakang rumah nenekku yang lagi berbuah trus ngambil jambu-jambu yang udah masak trus aku jual ke orang-orang...tanpa setahu orang tua dan nenekku hahahaha.....
Yah senakal-nakalnya aku saat kecil dulu ternyata contoh-contoh nyata dan nasehat dari orang tuaku masih membekas sampai sekarang :)

Terima kasih Ibu, terima kasih Bapak, terima kasih Mbah Kakung, terima kasih Mbah Putri atas semua contoh nyata yang diberikan kepadaku...
Terima kasih Yaa Allah Yaa Rabb...Engkau berikan orang tua dan keluarga yang begitu baik kepadaku...

1 komentar: