Saat Daup Ageng GKR Hayu dan KPH Notonegoro acara terlihat sangat meriah dan terlihat begitu mewah dan melalui prosesi yang njelimet dan panjang. Hal ini terlihat jauh berbeda pada saat Besan Sultan ngunduh mantu di Kudus. Acaranya berlangsung secara sederhana dengan menyebar undangan 500 saja untuk para kerabat, tetangga dan kolega.
GKR Hayu dan KPH Notonegoro menggenakan busana khas Kudus, begitu pula dengan kedua orang tua mempelai dan saudara-saudaranya. Pakaian tradisional pengantin pria adat Kudus mengenakan busana Hajj
atau busana ala Syeh dari Bangsawan Quraisy, sedangkan mempelai putri
mengenakan model kebaya tanpa kerah dan biasanya mengenakan caping kalo, tapi kali ini tanpa caping kalo. Busananya terlihat jauh lebih simple dibandingkan busana yang dikenakan pada saat prosesi pernikahan di Yogyakarta yang berlangsung selama 3 hari itu.
Menurut Sultan Hamengku Buwono X, tidak apa-apa mendapatkan menantu dari kalangan biasa (bukan dari kalangan Bangsawan) karena semua manusia itu sama yang penting menantunya harus berpendidikan dan ada rasa saling cinta antara putri dan menantunya :)
Foto: Dari berbagai sumber
Oktober 28, 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar