Acara inti Royal Wedding Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat diadakan di hari Selasa tanggal 22 Oktober 2013. Acara dimulai dengan Akad Nikah yang diadakan di Masjid Panepen Kraton Yogyakarta. Akad Nikah ini hanya dihadiri oleh calon mempelai pria dan keluarga serta Sri Sultan dan keluarga tanpa dihadiri calon mempelai wanita. Calon mempelai wanita berada di Sekar Kedhaton. Acara Akad Nikah ini hanya dihadiri oleh laki-laki saja.
Acara akad nikah dimulai dengan khotbah nikah oleh Penghulu Kraton. Sri Sultan sendiri yang bertindak sebagai wali nikah untuk putrinya. Setelah Akad Nikah berlangsung mempelai pria akan melakukan sungkem kepada Sri Sultan sebagai tanda bakti sebagai anak. Setelah acara selesai mempelai pria kembali ke Bangsal Kasatriyan untuk berganti busana, bersiap untuk acara panggih dan Sri Sultan kembali ke Kraton Kilen.
Kedua mempelai akan dipertemukan untuk pertama kalinya di Upacara Panggih ini setelah sebelumnya dipingit. Mempelai pria akan menuju tempat mempelai wanita dengan diiringi penari edan-edanan. Dalam acara panggih ini dimulai dengan penyerahan pisang sanggan dari pihak mempelai pria, kemudian mempelai wanita keluar dengan diiringi pembawa kembar mayang. Mempelai pria juga diiringi oleh pembawa kembar mayang. Kedua mempelai menggenakan busana Basahan Paes Ageng.
Setelah saling berhadapan kedua mempelai saling melemparkan gantal atau gulungan daun sirih yang diikat dengan benang putih (lawe), maknanya bahwa dalam setiap perkawinan pasti ada kesalahpahaman tetapi kesalahpahaman yang terjadi harus diakhiri dengan perdamaian. Kemudian mempelai pria akan melakukan mecah tigan (menginjak telur) yang artinya bahwa mempelai akan menginjak kehidupanberumah tangga.
Selanjutnya wijikan yaitu mempelai wanita membasuh kaki mempelai pria, disini kaki mempelai pria akan dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang berisi bunga dan air dan dibasuh oleh istrinya, hal ini sebagai tanda bakti seorang istri terhadap suaminya.
Selanjutnya adalah acara pondhongan yaitu mempelai wanita akan digendong oleh mempelai pria dibantu oleh paman mempelai wanita. Pondhongan ini hanya berlaku di Kraton dan tidak berlaku di masyarakat biasa, hal ini karena mempelai wanita adalah anak Raja yang harus diperlakukan dengan hormat.
Kemudian kedua mempelai akan berjalan bergandengan tangan menuju pelaminan dan menerima ucapan selamat dari para tamu undangan dan berfoto bersama keluarga dan undangan.
Selanjutnya mempelai akan menuju Bangsal Kasatriyan diiringi oleh penari edan-edanan sebagai penari penolak bala. Acara selanjutnya adalah Tampa Kaya yaitu sebagai simbol pemberian nafkah seorang suami kepada istrinya. Tampa Kaya ini berupa koin emas dengan ubarampenya yang berupa berbagai macam benih tanaman, beras dan uang receh, upacara ini akan ditutup dengan do'a.
Selanjutnya ada upacara Dahar Klimah, disini mempelai pria akan membuat 3 kepalan nasi kuning dan luk pauknya dna akan diberikan untuk mempelai wanita. Disini artinya bahwa seorang suami harus siap menghidupi keluarganya. Makna dari kedua upacara ini adalah bahwa sumi dan istri harus saling bertanggung jawab sebagai keluarga dimana suami bertugas mencari nafkah dan istri bertugas mengelola nafkah yang diberikan oleh suaminya.
Souvenirnya berupa pajangan berbentuk Kraton Yogyakarta yang dibungkus dalam packaging yang cantik berwarna biru. Souvenir ini dibuat oleh para difabel dan dikerjakan selama 3 bulan.
Semoga GKR Hayu dan KPH Notonegoro bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah... Aamiin...
Foto: Dari berbagai sumber
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar