Oktober 27, 2009

Seandainya Para Pemimpin Indonesia seperti Umar Bin Khattab r.a

Melihat beberapa minggu terakhir ini TV dan koran dipenuhi berita orang - orang yang "berebut" ingin jadi Mentri dan bagaimana jalannya pemilihan Mentri...aku jadi merenung...kenapa ya orang banyak yang berebut untuk posisi itu...karena kekuasaan, karena uang, karena prestise atau karena alasan pengabdian kepada negara dan rakyat Indonesia. Entahlah...hanya mereka dan Allah SWT yang tahu apa motivasi sebenarnya dari orang - orang itu.

Kalau boleh berandai-andai...seandainya saja para pemimpin kita itu seperti Umar Bin Khattab r.a...hmm...pasti gak akan ada korupsi di negara ini. Saat Umar Bin Khattab diangkat sebagai Amirul Mukminin di jamannya beliau tidak bersuka cita, tidak tertawa bahagia...tapi beliau menangis...menangis sedih karena diberi tugas yang begitu berat...memimpin rakyat adalah amanah yang tanggung jawabnya dunia akhirat. Beliau takut tidak bisa mengemban amanah itu dengan sebaik-baiknya. Tapi beliau menerimanya dengan rasa tanggung jawab yang luar biasa besar.

Saat jabatan sudah ditangan, Umar tidak bersenang-senang dengan jabatannya. Setiap malam beliau keliling ke wilayah kekuasaannya untuk melihat kondisi rakyatnya secara langsung (tidak hanya menerima laporan anak buahnya saja). Dia tolong secara langsung rakyatnya yang butuh makan, rakyatnya yang butuh keadilan. Dia mengharuskan semua pejabat di bawahnya melaksanakan tugas dengan baik dan jujur, dan menindaknya dengan tegas apabila pejabat2 itu melanggarnya.

Bahkan dalam suatu kesempatan, saat ada tamu yang datang berkunjung di saat Umar sedang bekerja beliau mematikan lampu yang ada diruangan itu karena saat dia bertanya,"apa maksud kunjunganmu kesini? untuk keperluan negara atau pribadi?" dan si tamu menjawab,"Aku ingin berbicara mengenai hal pribadi kepadamu ya Amirul Mukminin."
Si tamu pun bingung kenapa Umar mematikan lampu sehingga ruangan menjadi gelap dan Umar berkata,"Engkau datang kesini untuk berbicara masalah pribadi denganku, sementara saat kamu datang aku sedang bekerja untuk kepentingan negara dan minyak dari lampu ini adalah milik negara. Aku tidak pantas menggunakannya untuk kepentingan pribadiku."

Kisah yang lain lagi...pada suatu hari, Khalifah Umar bin Khattab r.a membutuhkan uang untuk keperluan pribadi. ia menghubungi Abdurrahman bin 'Auf, sahabat yang tergolong kaya, untuk meminjam uang 400 dirham. Abdurrahman bertanya, "mengapa engkau meminjam dari saya? Bukankah kunci baitul maal (kas negara) ada di tanganmu? mengapa engkau tidak meminjam dari sana?" Umar r.a menjawab, Aku tidak mau meminjam dari baitul maal. Aku takut pada saat maut merenggutku, engkau dan segenap kaum muslimin menuduhku sebagai pemakai uang baitul maal. Dan kalau hal itu terjadi, di akhirat amal kebajikanku pasti dikurangi. Sedangkan kalau aku meminjam dari engkau, jika aku meninggal sebelum aku melunasinya, engkau dapat menagih utangku dari ahli warisku."

Umar pun tidak malu mengakui kesalahannya di depan rakyatnya kalau dia memang melakukan kesalahan. Saat Umar bin Khattab r.a sedang berkhutbah," Jangan memberikan emas kawin lebih dari 40 uqiyah (1240 gram). Barangsiapa melebihkannya maka kelebihannya akan kuserahkan ke baitul maal." Dengan berani, seorang wanita menjawab,"Apakah yang dihalalkan Allah akan diharamkan oleh Umar? Bukankah Allah berfirman,......sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka sejumlah harta, maka janganlah kamu mengambil dari padanya sedikitpun......... (An Nisaa':20) Umar berkata," Benar apa yang dikatakan wanita itu dan Umar salah."

Dan masih banyak lagi keteladanan Umar Bin Khattab dalam memimpin negara. Ah...seandainya saja semua pemimpin di negara Indonesia tercinta itu berlaku seperti Umar Bin Khattab...alangkah indahnya kehidupan di Indonesia. Paling nggak gak akan ada lagi korupsi, kolusi, rakyat makmur sejahtera, keadilan bisa ditegakkan dimana-mana.
Ah seandainya...

0 comments:

Posting Komentar